STAIN Mandailing Natal Gelar Puncak Hari Santri 2025: Hadirkan Syaikh Abdou Ibrahim dari Al-Azhar Kairo Mesir Bahas Ekoteologi Islam dan Moderasi Beragama
- Kategori : Kampus
- Dibaca : 24 Kali
Mandailing Natal, 22 Oktober 2025 — Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Mandailing Natal menggelar Puncak Peringatan Hari Santri Nasional Tahun 2025 di Gedung Student Centre STAIN Mandailing Natal, Selasa (22/10). Acara berlangsung khidmat dan penuh semangat dengan menghadirkan dua narasumber utama, yaitu Syaikh Abdou Ibrahim dari Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir, dan Dr. Sufrin Efendi, M.A., Akademisi UIN Syahada Padangsidimpuan.
Dalam sambutannya, Wakil Ketua Bidang Akademik dan Kelembagaan Dr. H. Dedisyah Putra, M.A menyampaikan bahwa tema nasional Hari Santri tahun 2025 adalah “Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Dunia.” Tema ini menurutnya, mencerminkan semangat santri masa kini untuk terus berkontribusi dalam membangun bangsa dan menebarkan nilai-nilai Islam yang damai dan berperadaban.
“Santri bukan hanya penjaga tradisi keagamaan, tetapi juga penggerak peradaban. Santri harus siap mengawal Indonesia menuju kemajuan global dengan semangat moderasi, keilmuan, dan kepedulian terhadap lingkungan,” tegas Dr. Dedisyah Putra dalam sambutannya.
Puncak peringatan Hari Santri di STAIN Mandailing Natal tahun ini mengusung subtema kampus:
“Ekoteologi Islam: Mengintegrasikan Moderasi, Ekoteologi, dan Pendidikan Unggul Menuju Indonesia Berdaya.”
Tema ini menjadi wujud komitmen STAIN Mandailing Natal dalam menanamkan nilai-nilai moderasi beragama dan kesadaran ekologis di kalangan civitasnya.
Dalam sesi utama, Syaikh Abdou Ibrahim dari Al-Azhar Kairo menyampaikan pesan inspiratif tentang pentingnya ekoteologi Islam sebagai landasan moral untuk menjaga keseimbangan antara manusia dan alam. Ia menegaskan bahwa konsep wasathiyah (moderat) adalah inti ajaran Islam yang mengajarkan keseimbangan dalam seluruh aspek kehidupan, termasuk dalam mengelola sumber daya alam.
“Islam mengajarkan bahwa bumi adalah amanah. Tugas manusia sebagai khalifah adalah memelihara, bukan merusak. Moderasi dalam ekoteologi berarti menggunakan alam dengan bijak demi keberlanjutan umat manusia,” ujar Syaikh Abdou Ibrahim.
Sementara itu, Dr. Sufrin Efendi, M.A., menjelaskan bahwa pendidikan Islam memiliki peran strategis dalam menanamkan nilai ekoteologis kepada generasi muda. Ia menekankan pentingnya integrasi antara ilmu agama, sains, dan lingkungan dalam kurikulum pendidikan tinggi Islam. “Pendidikan unggul bukan hanya menghasilkan intelektual, tetapi insan yang berakhlak, moderat, dan berkomitmen menjaga bumi sebagai bagian dari ibadah,” jelasnya.
Dalam kesempatan lain, Ketua STAIN Mandailing Natal Prof. Dr. H. Sumper Mulia Harahap, M.Ag menyampaikan bahwa STAIN Mandailing Natal berkomitmen melahirkan generasi moderat, berwawasan ekologis, dan siap membangun peradaban dunia sebagai bentuk komitmen terhadap nilai-nilai Islam rahmatan lil ‘alamin.
Acara ini dihadiri oleh para dosen, mahasiswa, tenaga kependidikan STAIN Mandailing Natal yang menegaskan perannya sebagai perguruan tinggi keagamaan yang berkomitmen membangun peradaban Islam moderat, berwawasan ekologis, dan berorientasi pada kemajuan bangsa menuju Indonesia yang berdaya dan berkeadaban.
Ayo semangat! STAIN Madina menuju IAIN.